Chapter 2


Mata anak baru itu melirik kesana-kemari melihat kelas kami, “inilah kelas kami” kata Kepala Sekolah, “Semoga kau senang bersekolah disini” lanjutnya, “Thank You, Sir” kalimat itu terucap dari bibir si anak baru itu. Dia melihat ke arahku begitu juga denganku yang memandang ke arahnya kami saling memandang untuk beberapa saat sampai Mrs. Rowan berkata “Well, sudah saatnya kamu memperkenalkan diri”, “Oh, okay” jawab si anak baru itu. “well, namaku adalah Sarah aku berasal dari Twinville umurku 15 tahun, Salam kenal semuanya”. “Jadi, Twinville ya?” tanya Mrs. Rowan “Yap” jawab Sarah. “Kamu bisa duduk di sebelah sana Sarah” kata Mrs. Rowan dengan telunjuk yang mengarah ke sepasang kursi dan meja kosong yang berada di sebelahku. “Baiklah” jawab Sarah.
Dia berjalan ke arah meja dan kursi kosong itu, dan akhirnya duduk manis disana. Hari itu aku ingin menyelesaikan cerpenku dan aku menghentikan tulisanku karena aku melihat Sarah yang datang dengan Kepala Sekolah. Tetapi setelah dia duduk di tempatnya aku pun meneruskan tulisanku tanpa memperhatkan Mrs. Rowan yang sibuk mengoceh di depan kelas tentang pelajarannya.
Dia melirik ke arahku lalu pandangannya turun ke arah tulisanku melihat dia memperhatikan tulisanku, aku langsung menutupnya. Melihat reaksiku dia terkejut dan dia menatapku kembali dengan mengerutkan dahi tanda dia bingung dengan reaksiku, aku memalingkan wajahku dan berpura-pura memperhatikan Mrs. Rowan. Dia tampak kecewa dengan reaksiku dan akhirnya dia juga memperhatikan Mrs. Rowan.
Bel  tanda pelajaran telah usai pun berbunyi  mendengar itu sontak suasana dalam kelas menjadi riuh tak beraturan karena semua anak yang mengeksperikan kebahagiaanya mendengar bunyi bel itu termasuk Gary dan Scoot yang mengeksperikannya dengan memukul meja dan berteriak “I’m Free!!” berulang ulang. Kulihat Sarah, dia mengekspresikannya hanya dengan sebuah senyuman, sebuah senyuman yang sangat indah menurutku. Tanpa membuang banyak waktu lagi semua anak pun keluar kelas untuk pulang ke rumahnya masing-masing diantara mereka, akulah yang keluar paling akhir itu karena aku tidak suka berdesak-desakan.
Aku duduk di sebua halte menunggu bus, saat menunggu aku membuka cerpenku, aku berniat membacanya, saat membaca aku merasa seseorang memperhatikan bacaanku juga, dan saat menoleh ke samping ternyata memang benar. Sarah, lagi-lagi dia membaca cerpenku dan aku pun menutup kembali cerpenku dan memalingkan wajahku darinya. Dia menyodorkan permen karet kepadaku aku memandang wajahnya dia mengangguk dan tersenyum, aku mengambil permen karet itu, “Thank You” kata itu terucap dari mulutku dan aku pun membalas senyumannya. Dia tersenyum kembali  “Siapa namamu?” Sarah bertanya padaku “Seth” jawabku. “Senang bertemu denganmu Seth” katanya, “Ya” kataku, “Bolehkah aku membaca cerpenmu Seth” dia bertanya kembali padaku, “Kenapa?” aku bertanya balik kepadannya, “Apa maksudmu dengan Kenapa?” dia bertanya lagi, “Kenapa kau ingin membaca cerpenku?” aku bertanya kembali, “aku suka membaca Seth dan aku sangat suka cerpenmu meski sekilas aku membacanya” dia menjawab pertanyaanku, “Kau tidak bisa membaca cerpenku, ini belum selesai” kataku, “well, baiklah aku akan menunggu sampai cerpen itu selesai”  katanya, perasaanku bercampur aduk antara sedih dan gembira belum pernah sekalipun seseorang berniat membaca cerpenku, kebanyakan orang hanya mengejek cerpenku termasuk ayahku, dia sama sekali tidak mendukungku dia selalu menyuruhku untuk tidak berkhayal, saat itu rasanya aku ingin menangis.
“Kamu, baik-baik saja kan?” pertanyaannya menyadarkanku dari lamunan, “oh..ya..iya aku baik-baik saja” jawabku sedikit gelagapan, “Terima kasih” lanjutku, “eh, untuk apa kamu berterima kasih?” dia bertanya kembali, “untuk semuanya” jawabku, dia terlihat bingung namun dia tersenyum. Sebuah bus pun datang, kami berdua masuk kedalamnya, Sarah menarik tanganku dia menariku ke sebuah seat yang berada di tengah, kami pun duduk disana, “aku belum terlalu mengenal kota ini, maukah kamu menunjukannya?” dia bertanya padaku, “oh.. iya baiklah” jawabku. Aku pun memberitahukan semua tempat yang kami lewati, baru pertama kali aku bisa duduk dan mengobrol dengan seseorang dalam bus selain bersama ibuku yang sudah wafat, aku menitikan air mata karena mengingatnya, “Seth, kamu kenapa?” Sarah bertanya padaku, “tidak.. tidak apa-apa” jawabku.
Rumahku sudah dekat, aku menyuruh sopir bus untuk mengentikan busnya. “kamu turun disini, Seth?” Sarah bertanya padaku, “yah, kenapa?” jawabku, “berarti kita bertetangga” jawabnya sambil tersenyum. Rupanya Sarah adalah tetanggaku yang baru, rumahnya tepat berada di samping rumahku. “begitu ya?, ayo kita turun” jawabku, kali ini aku yang menarik tangannya “baiklah” ucap Sarah. Kami pun turun dari bus itu, lalu kami berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumah kami. “Kau ingin melakukan sesuatu seth?”tanyanya “Entahlah, memangnya kenapa?”jawabku “Temui aku disini jam 14.00”, bawalah sepedamu”jawabnya “untuk apa?” aku bertanya, “sudah ikuti saja” jawabnya sambil tersenyum “See You” lanjutnya. “Yah, See You” jawabku kami pun berpisah di sebuah persimpangan untuk masuk ke rumah kami.
Rumahku dan Rumah Sarah dipisahkan oleh sebuah pohon besar sehingga jalan menuju rumahku dan rumah sarah menyerupai huruf Y. Sampai di rumah, aku pun membasuh wajahku dan makan siang, rumahku kosong Ayahku mempunyai sebuah toko alat perkakas dekat dengan Sekolah adiku sehingga adiku lebih menyukai singgah di toko ayahku. Selesai makan siang aku melihat jam ternyata jam menunjukan pukul 13.57 melihat itu, aku pun langsung keluar dan mengambil sepedaku untuk bertemu dengan Sarah.
“Akhirnya aku punya seorang Teman”
Be Continued


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial cara menambahkan Server Battle Net Dota

I Learned From You (Chapter 1)

GURU-GURU DAN STAF HOGWARTS