Chapter 3


Langkahku semakin kupercepat tak ingin melanggar janji yang kubuat dengan Sarah, seorang gadis asing yang dengan ikhlas ingin menjadi temanku. Sepeda berwarna biru dengan sedikit hiasan noda karat ku kayuh ke arah pohon yang menjadi pembatas rumah kami, di bawah pohon kulihat seorang gadis yang sedang duduk membaca sebuah novel, di depannya terdapat sebuah sepeda berwarna merah yang dihias juga dengan gambar bunga dandelion dengan sebuah keranjang berwarna putih di depannya. “Sarah, kamu sudah lama menunggu? Kataku sambil turun dari sepeda
“Tidak juga, baru saja aku sampai disini” jawabnya.
“hmm, buku apa itu? Tanyaku, sambil duduk disampingnya.
“ini adalah novel Seth”  dia tersenyum
“novel ya?, ayahku tidak pernah membelikannya padaku meski sekeras apapun aku meminta padanya”
“Kenapa dia melarangmu?”
“Dia selalu berkata bahwa novel itu akan membuat kita menjadi seorang pengkhayal”
“Ada apa dengan mengkhayal?, kenapa dia melarangmu untuk berkhayal?” mengerutkan dahi
“aku juga tidak tahu Sarah, jadi sekarang bagaimana?” tanyaku
‘bagaimana apanya?”
“Apa kita jadi mainnya?”
“oh iya, ayo pergi, aku ingin pergi ke jalan setapak itu” dia menunjuk ke jalan itu.
“baiklah” kataku.
Kami pun mengayuh sepeda melewati jalan setapak yang terdapat di dekat rumah kami, jalan setapak itu menuju ke sebuah Ladang Peternakan milik Mr. Austin dan jika diteruskan jalan ini langsung menuju ke hutan. Saat sampai di Ladang peternakan Mr. Austin, kulihat sebuah hamparan luas rerumputan yang bergoyang tertiup angin dan kulihat pula keluarga sapi yang sedang asik bercengkrama dan makan siang. Kulirik sebuah pohon besar dan ternyata ada seorang laki-laki tua yang sedang duduk di bawah pohon itu. Dia mengamati sapi sapinya dan dia ditemani oleh seekor anjing berwarna putuh bergaris hitam yang setia berada di sampingnya. Orang tua itu melihat ke arah kami.
“Hei Nak, kemari aku butuh bantuanmu!”
“oh, Baiklah Mr. Austin aku datang” Jawabku
“ayo Sarah” kataku kepada Sarah
“Baiklah” jawabnya
Kami pun mendatanginya.
“Mr. Austin, perkenalkan ini Sarah” kataku pada orang tua itu.
“Oh, hai Sarah” kata Mr. Austin
“Senang bertemu denganmu pak” jawab Sarah
“Bolehkah aku meminta bantuan kalian?” Mr. Austin bertanya pada kami.
“Selama kami mampu Pa” jawabku, aku melihat kepada Sarah dan dia pun mengangguk.
“Aku ingin kalian menggiring domba-domba masuk ke kandangnya”
“Baiklah ini akan menyenangkan” jawab Sarah (bersemangat}
“Itu baru semangat nak, ini bawalah Luk dia akan banyak membantu” kata Mr. Austin
“Woof..”
“Tapi pa....”
“Ayo Seth ayo” Sarah menarik tanganku
“Sabar sedikit Sarah” aku mengikutinya karena tanganku ditarik.
“Woof..”
Kami pun berjalan menuju kawanan kambing itu.
“Mereka seperti kumpulan kapas raksasa” kata Sarah, wajahnya menoleh ke arahku, dia tersenyum.
“haha kapas?, baiklah aku ambil sisi kanan” kataku.
“ya, kalau begitu aku ambil sisi kiri, aku harap aku bisa memeluk salah satunya” jawab Sarah.
“dalam hitungan ketiga Sarah”
“Satu....”
“Dua....”
“Tiga!!”
“Woof...woof”
Kami pun berlari menuju kawanan domba itu, aku langsung ke sisi kanan dan Sarah ke sisi kiri sedangkan Luk membantu di tengah.
“Mbeee.....mbeee....mbeeee” terdengar suara domba, mereka berlari.
Para domba itu sepertinya sudah mengerti karena mereka bergerak secara berkelompok dan teratur,tidak sulit menggiring mereka ke kandangnya dan akhirnya mereka semua masuk ke kandang.
Aku menutup pagarnya.
“Fiuh...”
“Woof...woof”
“Hei Luk, kerja yang bagus” kataku pada Luk, aku sesekali mengusap kepalanya.
“woof”
“Hei, dimana Sarah”
Aku melihat sekeliling, tidak ada tanda-tanda Sarah, aku berteriak memanggil namanya.
“Seth!
Kepalaku secara langsung menoleh ke arah suara itu dan ternyata itu Sarah, dia berada di tengah-tengah kawanan domba itu.
“Seth lihat aku, aku berada di tengah-tengah kumpulan kapas raksasa berjalan”
Dia terlihat sangat senang berada di sana, dia bahkan memeluk salah satu dari domba itu.
“haha, lihat ini Seth, ini menyenangkan, domba-domba ini sangat lembut”
“mbee...mbee:
“Kulihat kau sangat suka mereka, Sarah”
“ya, Domba adalah mahkluk yang baik”
“kita akan melanjutkan perjalanan kita Sarah?”
“Tentu Seth, ayo”
Dia melompati pagar dan kami pun menuju sepeda kami yang sebelumnya kami simpan dekat pohon tempat Mr. Austin duduk bersantai tadi. Kulihat disana Mr. Austin sudah tidak ada jadi kami langsung pergi namun sebuah suara menghentikan langkah kami.
“Hei, anak-anak kemari”
“Ada apa dia memanggil kita” kataku.
“Sudahlah, ayo kita kesana” kata Sarah.
“Baiklah”
“Ayo Seth” dia kembali menarik tanganku.
“pelan-pelan Sarah”
“Kalian telah melakukan tugas dengan sangat baik, kalian akan kuberikan hadiah”
“wow, terima kasih pa” kata Sarah.
“apa itu benar pa?” tanyaku.
“Ya tentu, ini minumlah jus ini sementara aku mengambil hadiahnya” kata Mr. Austin.
“Dia orang tua yang baik” kata Sarah, tangannya menggenggam sebuah gelas berisi jus.
“Yah... tapi aku merasa kasihan padanya dia hidup seorang diri” jawabku.
“Benarkah?, kemana keluarganya” tanya Sarah
“Aku tidak tahu, saat dia pindah kesini dia sudah sendiri”
“Oh...” Sarah meminum jusnya.
“Maaf telah membuat kalian menunggu, inilah hadiah untuk kalian”

“Wow, keren”
Be Continued..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial cara menambahkan Server Battle Net Dota

I Learned From You (Chapter 1)

GURU-GURU DAN STAF HOGWARTS